Translator Bahasa Arab | Translator Arab Indonesia | Penerjemahan Bahasa Arab | Translate Arab Indonesia Online

Kamis, 28 Februari 2013

Ingin Punya Rumah atau Ingin Istana di Surga ?

Di dunia ini kita ingin memiliki rumah. Di akhirat lebih dari sekadar memiliki rumah, Allah akan membangun Istana di syurga bagi hamba-Nya yang mau. Trus bagaimana agar kita dapat dibangunkan istana di syurga?



Berikut mudah-mudahan sangat bermanfaat:

1. Melaksanakan Shalat Sunnah Rawatib 12 Raka’at dalam sehari

Dari Ummu Habibah ra, ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba muslim melaksanakan Shalat sunnah (bukan fardhu) karena Allah, sebanyak dua belas rakaat setiap harinya, kecuali Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di Surga’.” (HR Muslim).

Salah satu keutamaan shalat sunnah rawatib yang diriwayatkan oleh Muslim di atas, yakni dengan shalat sunnah rawatib sebanyak 12 raka’at adalah dibangunkannya rumah oleh ALLAH di surga.

12 raka`at itu terdiri dari 4 raka`at sebelum shalat Zhuhur, 2 raka`at setelahnya, dan 2 raka`at setelah shalat Magrib dan 2 raka`at setelah shalat Isya, serta 2 raka`at sebelum shalat Shubuh sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.

2. Saling mendahului dalam mengucapkan Salam

Pernah sahabat Rasulullah, Umar bin Khatab mengadukan Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah. "Ya, Rasulullah, Ali bin Abi Thalib tidak pernah memulai mengucapkan salam kepadaku..." Rasulullah lalu menanyakan hal itu kepada Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib membenarkan pengaduan Umar bin Khatab itu. "Ya, Rasulullah, itu kulakukan karena aku ingin supaya Umar bisa mendapatkan istana di Surga! Seperti yang disabdakan olehmu, ya Rasulullah. Bahwa siapa yang mendahului saudaranya mengucapkan salam, Allah akan mendirikan istana baginya di Surga."

Bayangkan dengan memberi salam kita bisa membangun istana di Surga. Dengan salam, hati-hati kita terikat untuk saling mencintai. Kenapa kita tidak bersegera menebar salam kepada sahabat, handai taulan, keluarga dan saudara-saudara kita seiman? Sabda Rasulullah, "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim)

3. Membangun Masjid

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membangun masjid dengan hartanya maka Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di surga. ” (HR Ibnu Majah)

Dalam sebuah perjalanan biasanya ada sebagian kaum muslimin yang membangun masjid dengan meminta sumbangan dengan cara meminta kepada para pengguna jalan, jangan sungkan-sungkan untuk menyisihkan beberapa rupiah untuk kita infaqkan untuk pembangunan masjid tersebut.

Terkadang kita terlalu banyak berfikir dengan hitung-hitungan matematis, harta yang kita infaqkan berarti akan mengurangi harta kita, dengan demikian kita akan mengalami kerugian dengan berkurangnya harta kita. Padahal sesungguhnya bila yang kita pakai adalah perhitungan keimanan, maka hasilnya akan menjadi lain. Harta sesungguhnya yang kita miliki adalah harta yang kita infaqkan, sedangkan yang ada pada kita belum tentu menjadi milik kita. Bisa jadi ada yang mencuri, merampok, terjadi bencana alam atau kejadian apapun yang menyebabkan harta itu berpindah dari tangan kita

Firman Allah swt: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:261)

Dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk pembangunan masjid berarti telah membuktikan diri kita seorang mu’min. Karena dengan demikian kita termasuk orang-orang yang memakmurkan masjid. Dan sebagai gantinya, Allah akan mempersiapkan rumah buat kita di surga nanti.

Firman Allah swt: “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 9:18)

sumber : http://memberikanmanfaat.blogspot.com

Minggu, 10 Februari 2013

Metode Belajar Bahasa Arab


Metode adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Adapun metode dalam belajar itu tidak pasti, tergantung kebiasaan dan pengalaman orangnya itu sendiri. Banyak sekali metode yang bisa dilakukan dalam belajar bahasa Arab, diantaranya:

11 .      Menghapal kaidah-kaidah nahwu dan shorof,
22 .      Membaca dan memahami, kemudian berdiskusi dengan teman,
33 .      Mencari seorang ahli ilmu untuk bisa belajar darinya,
44 .      Mencari lingkungan dengan orang-orang yang menggunakan bahasa Arab (pesantren bahasa, kursus, pergi ke negara yang menggunakan bahasa Arab, dll),
55 .      Autodidak dengan sering membaca, mendengarkan, menghapal, menulis dan melafalkan.

Semua tergantung pilihan anda, dengan ikhtiar yang maksimal dan berdo’a kepada Allah, Insya Allah semua keinginan akan tercapai. Kebingungan, ketidaktahuan adalah proses menuju kepahaman.
Hanya dengan ketekunan, kesabaran, dan niat karena Allah semua akan terasa menyenangkan.

Dalam kitab ta’lim muta’lim dijelaskan tentang berbagai metode dalam belajar dan cara untuk mendapatkan ilmu, Anda bisa mendapatkan versi bahasa Arab dan bahasa Indonesia di toko-toko kitab. Insya Allah sangat bermanfaat bagi kita semua.



Wallahu a’lamu bi al-showab.
TIHAZ Penerjemah melayani juga Kursus Privat Bahasa Arab dan Cara Membaca Al-Qur'an. Silahkan hubungi kami, insya Allah kami siap membantu Anda.


Pentingnya Belajar Bahasa Arab

Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha untuk menguasainya.
Allah SWT telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al- Qur'an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada, sebagaimana firman Allah SWT. :
“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (yusuf: 2)

“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.” (Al-Ra’du: 37)

Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.,”(Thaha: 113)


“(ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (Al-Zumar: 28)


“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).” (Al-Zukhruf: 3)
Umar bin Khaththab R.A berkata, “Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.
Umar R.A juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, “Adapun setelah itu, pelajarilah Sunnah dan pelajarilah bahasa arab, i’rablah al-Qur’an karena dia (al-Qur’an) dari Arab.

Begitu pentingnya belajar Bahasa Arab dan Al-Qur'an. TIHAZ Penerjemah melayani juga Kursus Privat Bahasa Arab dan Cara Membaca Al-Qur'an. Silahkan hubungi kami, insya Allah kami siap membantu Anda.








Cara Belajar Bahasa Arab



Perlu diketahui bahwa ilmu bahasa Arab memiliki dua belas cabang, di antaranya adalah Ilmu Nahwu. Ilmu Nahwu adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dengannya bisa diketahui hukum-hukum akhir kata dalam bahasa Arab ketika sudah tersusun dalam kalimat.
Para ulama telah menulis banyak kitab dalam bidang Nahwu. Di antaranya ada yang berupa ringkasan (matan), di antaranya ada pula yang berupa pembahasan panjang. Di antara karya ulama dalam bidang Nahwu yang berupa ringkasan adalah Matan Al Ajurrumiyyah.
Dengan menghapal kaidah-kaidah bahasa Arab yang terdapat dalam kitab tersebut, Insya Allah akan relatif mudah untuk dapat mengerti bahasa arab lewat tulisan, dan juga dapat membantu kita untuk digunakan dalam percakapan.
Al Ajurrumiyyah adalah sebuah kitab karya Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shanhaji (lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Ajurrum). Kitab ini telah populer di seluruh dunia sebagai pelajaran dasar di dalam ilmu Nahwu. Banyak pondok pesantren di negara kita yang memasukkan kitab ini ke dalam kurikulum pembelajaran bahasa Arab mereka.
Juga dengan menghapal kaidah-kaidah shorfiyah, yang ter dapat dalam buku-buku tashrifan seperti kitab kailani, amtsilati dsb.

Belajar Bahasa Arab.


Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Quran dalam bahasa Arab dan telah memberikan kemudahan dalam mempelajarinya.
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-Quran dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran Islam yang harus kita pegang teguh.

Bahasa arab merupakan bahasa orang-orang muslim yang memiliki peranan pentging terutama dalam ibadah mahdhoh seperti salat. Bahkan Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi sumber rujukan orang-orang muslim menggunakan bahasa Arab. Dengan demikikan bahasa Arab sepatutnya harus dipelajari oleh para pemeluknya di seluruh dunia.
Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya ilmu nahwu dan sharaf. Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Quran dan Sunnah. Mau tau bagaimana cara belajar bahasa Arab? Yuk ikuti posting selanjutnya, Cara Belajar Bahasa Arab.

Kamis, 07 Februari 2013

Bersedekah Agar Kaya (4) ?


Layakkah saudaraku sebagai seorang muslim bila keuntungan dunia dari beramal shaleh lebih menguasai hati Anda dibanding keuntungan akhirat? Pantaskah sebagai orang yang beriman terhadap pembalasan pada hari akhir memiliki pola pikir semacam ini ?

Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  menceritakan bahwa kelak pada hari kiamat ada empat orang yang pertama kali dihisab, diantaranya:
Seorang lelaki yang Allah lapangkan rezekinya, sehingga  ia memiliki seluruh jenis harta kekayaan. Ketika ia didatangkan, segera Allah mengingatkannya perihal berbagai jenis nikmat-Nya di dunia, dan ia pun mengakuinya semua. Selanjutnya Allah bertanya kepadanya: Lalu apakah yang engkau kerjakan dengan nikmat-nikmat-Ku itu? Ia menjawab: Tidaklah ada satu jalanpun yang Engkau suka bila aku bersedekah padanya melainkan aku telah menyedekahkan hartuku padanya . Namun Allah menghardik lelaki itu dan berfirman: Engkau berdusta, sejatinya engkau melakukan itu agar dikatakan engkau adalah orang dermawan, dan itu telah engkau dapatkan. Selanjutnya ia diperintahkan untuk diseret terbalik di atas wajahnya, dan kemudian dicampakkan ke dalam neraka.”  (HR. Muslim).

Saudaraku! memiliki tujuan skunder dari amal shaleh berupa keuntungan di dunia walaupun dibenarkan, namun tidak diragukan bahwa orang yang hanya memiliki satu tujuan yaitu pahala di akhirat adalah lebih utama. Anda pasti mengetahui bahwa diantara etika bersedekah ialah merahasiakannya, sampai-sampai tangan kiri Anda tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanan Anda.

Karena itu dalam banyak dalil balasan dunia tidak disebutkan, sebagaimana ditegaskan pada firman Allah Ta’ala, yang artinya:
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.”  (QS. Al-Insan: 8-12)

Percayalah, saudaraku, Allah tidaklah pelit atau kikir. Bila Anda senantiasa melapangkan urusan saudara Anda, pastilah Allah membalas Anda dengan yang serupa. Akan tetapi syaratnya bila Anda melakukan amal kebajikan Anda benar-benar karena ikhlas, hanya mengharapkan balasan dari Allah.

Semoga paparan sederhana ini dapat menjadi pencerahan bagi Anda, sehingga tidak terjerumus dalam ketimpangan dengan mengedepankan keuntungan materi dibanding keuntungan akhirat di sisi Allah. Wallahu Ta’ala a’alam bisshawab.

Sumber : Buku TUNTUNAN SYARIAH Untuk Meraih Bisnis Dan Rezeki Barokah, karya DR. Muhammad Arifin Badri

Bersedekah Agar Kaya (3) ?


Upaya membangun sukses dan bahagia kehidupan dunia bukan berarti harus mengorbankan segala hal termasuk kehidupan Anda kelak di akhirat. Dan percayalah bahwa bila Anda memenuhi hak-hak Allah, niscaya Allah memudahkan urusan Anda dalam melapangkan rezeki Anda. 

Renungkanlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
Barangsiapa yang orientasinya adalah urusan akhirat, niscaya Allah meletakkan kekayaannya di dalam jiwanya. Sebagaimana Allah juga akan menyatukan urusannya dan kekayaan dunia akan menghampirinya dengan mudah. Namun sebalikya, orang yang orientasinya adalah urusan dunia, niscaya Allah jadikan kemiskinannya ada di depan matanya. Sebagaimana Allah juga mencerai-beraikan  urusannya dan tiada kekayaan dunia yang menghampirinya selain yang telah Allah tentukan untuknya.” (HR. At Tirmidzi dan lainnya).

Apa yang saya sampaikan di sini bukan berarti kehidupan dunia dan akhirat adalah dua hal yang harus dipertentangkan. Bahkan sebaliknya, keberkahan amal shaleh bukan hanya Anda rasakan di akhirat, namun sejak di dunia pun Anda juga pasti dapat merasakannya.
Penjelasan saya ini bertujuan mengajak Anda untuk menyusun ulang keduanya sesuai dengan skala prioritasnya. 

Dengan senantiasa memperhatikan skala prioritas antara keduanya, Anda terhindar dari perilaku dan pola pikir orang-orang kafir sebagaimana yang dikisahkan pada ayat berikut, yang artinya:
Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (QS. An-Nahl: 107)

Dengan demikian keutamaan akhirat senantiasa menjadi tujuan utama dan motovasi terbesar bagi Anda untuk mengerjakan berbagai amal kebajikan dan amal sholeh.
Sebagai contohnya adalah sedekah. Dalam berbagai dalil ditegaskan bahwa Allah menjanjikan kepada orang yang bersedekah balasan di dunia, berupa digantikan dengan harta yang lebih banyak dan baik, disembuhkan dari penyakit dan lain sebagainya. Walau demikian, bukan berarti Anda dibenarkan untuk menjadikan balasan di dunia sebagai obsesi atau tujuan utama Anda ketika beramal. Disebutkannya keutamaan sedekah di dunia berfungsi sebagai motivasi tambahan agar Anda semakin bersemangat dalam beramal.

Bersambung ke Bersedekah Agar Kaya (4) ?