Kamis, 28 Februari 2013

Ingin Punya Rumah atau Ingin Istana di Surga ?

Di dunia ini kita ingin memiliki rumah. Di akhirat lebih dari sekadar memiliki rumah, Allah akan membangun Istana di syurga bagi hamba-Nya yang mau. Trus bagaimana agar kita dapat dibangunkan istana di syurga?



Berikut mudah-mudahan sangat bermanfaat:

1. Melaksanakan Shalat Sunnah Rawatib 12 Raka’at dalam sehari

Dari Ummu Habibah ra, ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba muslim melaksanakan Shalat sunnah (bukan fardhu) karena Allah, sebanyak dua belas rakaat setiap harinya, kecuali Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di Surga’.” (HR Muslim).

Salah satu keutamaan shalat sunnah rawatib yang diriwayatkan oleh Muslim di atas, yakni dengan shalat sunnah rawatib sebanyak 12 raka’at adalah dibangunkannya rumah oleh ALLAH di surga.

12 raka`at itu terdiri dari 4 raka`at sebelum shalat Zhuhur, 2 raka`at setelahnya, dan 2 raka`at setelah shalat Magrib dan 2 raka`at setelah shalat Isya, serta 2 raka`at sebelum shalat Shubuh sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.

2. Saling mendahului dalam mengucapkan Salam

Pernah sahabat Rasulullah, Umar bin Khatab mengadukan Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah. "Ya, Rasulullah, Ali bin Abi Thalib tidak pernah memulai mengucapkan salam kepadaku..." Rasulullah lalu menanyakan hal itu kepada Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib membenarkan pengaduan Umar bin Khatab itu. "Ya, Rasulullah, itu kulakukan karena aku ingin supaya Umar bisa mendapatkan istana di Surga! Seperti yang disabdakan olehmu, ya Rasulullah. Bahwa siapa yang mendahului saudaranya mengucapkan salam, Allah akan mendirikan istana baginya di Surga."

Bayangkan dengan memberi salam kita bisa membangun istana di Surga. Dengan salam, hati-hati kita terikat untuk saling mencintai. Kenapa kita tidak bersegera menebar salam kepada sahabat, handai taulan, keluarga dan saudara-saudara kita seiman? Sabda Rasulullah, "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim)

3. Membangun Masjid

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membangun masjid dengan hartanya maka Allah akan membangunkan sebuah rumah untuknya di surga. ” (HR Ibnu Majah)

Dalam sebuah perjalanan biasanya ada sebagian kaum muslimin yang membangun masjid dengan meminta sumbangan dengan cara meminta kepada para pengguna jalan, jangan sungkan-sungkan untuk menyisihkan beberapa rupiah untuk kita infaqkan untuk pembangunan masjid tersebut.

Terkadang kita terlalu banyak berfikir dengan hitung-hitungan matematis, harta yang kita infaqkan berarti akan mengurangi harta kita, dengan demikian kita akan mengalami kerugian dengan berkurangnya harta kita. Padahal sesungguhnya bila yang kita pakai adalah perhitungan keimanan, maka hasilnya akan menjadi lain. Harta sesungguhnya yang kita miliki adalah harta yang kita infaqkan, sedangkan yang ada pada kita belum tentu menjadi milik kita. Bisa jadi ada yang mencuri, merampok, terjadi bencana alam atau kejadian apapun yang menyebabkan harta itu berpindah dari tangan kita

Firman Allah swt: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:261)

Dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk pembangunan masjid berarti telah membuktikan diri kita seorang mu’min. Karena dengan demikian kita termasuk orang-orang yang memakmurkan masjid. Dan sebagai gantinya, Allah akan mempersiapkan rumah buat kita di surga nanti.

Firman Allah swt: “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 9:18)

sumber : http://memberikanmanfaat.blogspot.com

Minggu, 10 Februari 2013

Metode Belajar Bahasa Arab


Metode adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Adapun metode dalam belajar itu tidak pasti, tergantung kebiasaan dan pengalaman orangnya itu sendiri. Banyak sekali metode yang bisa dilakukan dalam belajar bahasa Arab, diantaranya:

11 .      Menghapal kaidah-kaidah nahwu dan shorof,
22 .      Membaca dan memahami, kemudian berdiskusi dengan teman,
33 .      Mencari seorang ahli ilmu untuk bisa belajar darinya,
44 .      Mencari lingkungan dengan orang-orang yang menggunakan bahasa Arab (pesantren bahasa, kursus, pergi ke negara yang menggunakan bahasa Arab, dll),
55 .      Autodidak dengan sering membaca, mendengarkan, menghapal, menulis dan melafalkan.

Semua tergantung pilihan anda, dengan ikhtiar yang maksimal dan berdo’a kepada Allah, Insya Allah semua keinginan akan tercapai. Kebingungan, ketidaktahuan adalah proses menuju kepahaman.
Hanya dengan ketekunan, kesabaran, dan niat karena Allah semua akan terasa menyenangkan.

Dalam kitab ta’lim muta’lim dijelaskan tentang berbagai metode dalam belajar dan cara untuk mendapatkan ilmu, Anda bisa mendapatkan versi bahasa Arab dan bahasa Indonesia di toko-toko kitab. Insya Allah sangat bermanfaat bagi kita semua.



Wallahu a’lamu bi al-showab.
TIHAZ Penerjemah melayani juga Kursus Privat Bahasa Arab dan Cara Membaca Al-Qur'an. Silahkan hubungi kami, insya Allah kami siap membantu Anda.


Pentingnya Belajar Bahasa Arab

Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha untuk menguasainya.
Allah SWT telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al- Qur'an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada, sebagaimana firman Allah SWT. :
“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (yusuf: 2)

“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.” (Al-Ra’du: 37)

Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.,”(Thaha: 113)


“(ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (Al-Zumar: 28)


“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).” (Al-Zukhruf: 3)
Umar bin Khaththab R.A berkata, “Pelajarilah bahasa arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian.
Umar R.A juga mengingatkan para sahabatnya yang bergaul bersama orang asing untuk tidak melalaikan bahasa arab. Ia menulis surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, “Adapun setelah itu, pelajarilah Sunnah dan pelajarilah bahasa arab, i’rablah al-Qur’an karena dia (al-Qur’an) dari Arab.

Begitu pentingnya belajar Bahasa Arab dan Al-Qur'an. TIHAZ Penerjemah melayani juga Kursus Privat Bahasa Arab dan Cara Membaca Al-Qur'an. Silahkan hubungi kami, insya Allah kami siap membantu Anda.








Cara Belajar Bahasa Arab



Perlu diketahui bahwa ilmu bahasa Arab memiliki dua belas cabang, di antaranya adalah Ilmu Nahwu. Ilmu Nahwu adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dengannya bisa diketahui hukum-hukum akhir kata dalam bahasa Arab ketika sudah tersusun dalam kalimat.
Para ulama telah menulis banyak kitab dalam bidang Nahwu. Di antaranya ada yang berupa ringkasan (matan), di antaranya ada pula yang berupa pembahasan panjang. Di antara karya ulama dalam bidang Nahwu yang berupa ringkasan adalah Matan Al Ajurrumiyyah.
Dengan menghapal kaidah-kaidah bahasa Arab yang terdapat dalam kitab tersebut, Insya Allah akan relatif mudah untuk dapat mengerti bahasa arab lewat tulisan, dan juga dapat membantu kita untuk digunakan dalam percakapan.
Al Ajurrumiyyah adalah sebuah kitab karya Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash Shanhaji (lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Ajurrum). Kitab ini telah populer di seluruh dunia sebagai pelajaran dasar di dalam ilmu Nahwu. Banyak pondok pesantren di negara kita yang memasukkan kitab ini ke dalam kurikulum pembelajaran bahasa Arab mereka.
Juga dengan menghapal kaidah-kaidah shorfiyah, yang ter dapat dalam buku-buku tashrifan seperti kitab kailani, amtsilati dsb.

Belajar Bahasa Arab.


Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan al-Quran dalam bahasa Arab dan telah memberikan kemudahan dalam mempelajarinya.
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-Quran dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran Islam yang harus kita pegang teguh.

Bahasa arab merupakan bahasa orang-orang muslim yang memiliki peranan pentging terutama dalam ibadah mahdhoh seperti salat. Bahkan Al-Qur’an dan Hadits yang menjadi sumber rujukan orang-orang muslim menggunakan bahasa Arab. Dengan demikikan bahasa Arab sepatutnya harus dipelajari oleh para pemeluknya di seluruh dunia.
Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya ilmu nahwu dan sharaf. Karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari al-Quran dan Sunnah. Mau tau bagaimana cara belajar bahasa Arab? Yuk ikuti posting selanjutnya, Cara Belajar Bahasa Arab.

Kamis, 07 Februari 2013

Bersedekah Agar Kaya (4) ?


Layakkah saudaraku sebagai seorang muslim bila keuntungan dunia dari beramal shaleh lebih menguasai hati Anda dibanding keuntungan akhirat? Pantaskah sebagai orang yang beriman terhadap pembalasan pada hari akhir memiliki pola pikir semacam ini ?

Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  menceritakan bahwa kelak pada hari kiamat ada empat orang yang pertama kali dihisab, diantaranya:
Seorang lelaki yang Allah lapangkan rezekinya, sehingga  ia memiliki seluruh jenis harta kekayaan. Ketika ia didatangkan, segera Allah mengingatkannya perihal berbagai jenis nikmat-Nya di dunia, dan ia pun mengakuinya semua. Selanjutnya Allah bertanya kepadanya: Lalu apakah yang engkau kerjakan dengan nikmat-nikmat-Ku itu? Ia menjawab: Tidaklah ada satu jalanpun yang Engkau suka bila aku bersedekah padanya melainkan aku telah menyedekahkan hartuku padanya . Namun Allah menghardik lelaki itu dan berfirman: Engkau berdusta, sejatinya engkau melakukan itu agar dikatakan engkau adalah orang dermawan, dan itu telah engkau dapatkan. Selanjutnya ia diperintahkan untuk diseret terbalik di atas wajahnya, dan kemudian dicampakkan ke dalam neraka.”  (HR. Muslim).

Saudaraku! memiliki tujuan skunder dari amal shaleh berupa keuntungan di dunia walaupun dibenarkan, namun tidak diragukan bahwa orang yang hanya memiliki satu tujuan yaitu pahala di akhirat adalah lebih utama. Anda pasti mengetahui bahwa diantara etika bersedekah ialah merahasiakannya, sampai-sampai tangan kiri Anda tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanan Anda.

Karena itu dalam banyak dalil balasan dunia tidak disebutkan, sebagaimana ditegaskan pada firman Allah Ta’ala, yang artinya:
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.”  (QS. Al-Insan: 8-12)

Percayalah, saudaraku, Allah tidaklah pelit atau kikir. Bila Anda senantiasa melapangkan urusan saudara Anda, pastilah Allah membalas Anda dengan yang serupa. Akan tetapi syaratnya bila Anda melakukan amal kebajikan Anda benar-benar karena ikhlas, hanya mengharapkan balasan dari Allah.

Semoga paparan sederhana ini dapat menjadi pencerahan bagi Anda, sehingga tidak terjerumus dalam ketimpangan dengan mengedepankan keuntungan materi dibanding keuntungan akhirat di sisi Allah. Wallahu Ta’ala a’alam bisshawab.

Sumber : Buku TUNTUNAN SYARIAH Untuk Meraih Bisnis Dan Rezeki Barokah, karya DR. Muhammad Arifin Badri

Bersedekah Agar Kaya (3) ?


Upaya membangun sukses dan bahagia kehidupan dunia bukan berarti harus mengorbankan segala hal termasuk kehidupan Anda kelak di akhirat. Dan percayalah bahwa bila Anda memenuhi hak-hak Allah, niscaya Allah memudahkan urusan Anda dalam melapangkan rezeki Anda. 

Renungkanlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
Barangsiapa yang orientasinya adalah urusan akhirat, niscaya Allah meletakkan kekayaannya di dalam jiwanya. Sebagaimana Allah juga akan menyatukan urusannya dan kekayaan dunia akan menghampirinya dengan mudah. Namun sebalikya, orang yang orientasinya adalah urusan dunia, niscaya Allah jadikan kemiskinannya ada di depan matanya. Sebagaimana Allah juga mencerai-beraikan  urusannya dan tiada kekayaan dunia yang menghampirinya selain yang telah Allah tentukan untuknya.” (HR. At Tirmidzi dan lainnya).

Apa yang saya sampaikan di sini bukan berarti kehidupan dunia dan akhirat adalah dua hal yang harus dipertentangkan. Bahkan sebaliknya, keberkahan amal shaleh bukan hanya Anda rasakan di akhirat, namun sejak di dunia pun Anda juga pasti dapat merasakannya.
Penjelasan saya ini bertujuan mengajak Anda untuk menyusun ulang keduanya sesuai dengan skala prioritasnya. 

Dengan senantiasa memperhatikan skala prioritas antara keduanya, Anda terhindar dari perilaku dan pola pikir orang-orang kafir sebagaimana yang dikisahkan pada ayat berikut, yang artinya:
Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (QS. An-Nahl: 107)

Dengan demikian keutamaan akhirat senantiasa menjadi tujuan utama dan motovasi terbesar bagi Anda untuk mengerjakan berbagai amal kebajikan dan amal sholeh.
Sebagai contohnya adalah sedekah. Dalam berbagai dalil ditegaskan bahwa Allah menjanjikan kepada orang yang bersedekah balasan di dunia, berupa digantikan dengan harta yang lebih banyak dan baik, disembuhkan dari penyakit dan lain sebagainya. Walau demikian, bukan berarti Anda dibenarkan untuk menjadikan balasan di dunia sebagai obsesi atau tujuan utama Anda ketika beramal. Disebutkannya keutamaan sedekah di dunia berfungsi sebagai motivasi tambahan agar Anda semakin bersemangat dalam beramal.

Bersambung ke Bersedekah Agar Kaya (4) ?

Rabu, 06 Februari 2013

Bersedekah Agar Kaya (2) ?


Hidup berkecukupan dan bahkan harta melimpah ruah adalah impian setiap manusia. Bahkan impian ini tidak akan pernah putus sampaipun setelah Anda mencapai umur lanjut.

Anak keturunan Adam tumbuh kembang dan ada dua hal yang turut tumbuh dan berkembang bersamaan dengan usianya: cinta terhadap harta kekayaan dan angann-angan panjang umur.” (HR. Bukhari).

Impian menjadi seorang yang kaya raya secara tinjauan hukum syariat adalah sah-sah saja, asalkan tidak menjadikan Anda lupa daratan sehingga menghalalkan segala macam cara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan:
Jangan pernah engkau merasa rezekimu telat datangnya, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya.  Karena itu, tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki: yaitu dengan menempuh jalan yang halal dan meninggalkan jalan yang haram.” (HR. Ibnu Majah, Abdurrazzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim).

Diantara sikap proporsional dalam mencari kekayaan dunia ialah dengan tidak menjadikan amalan akhirat sebagai sarana mencari kekayaan sesaat di dunia fana ini. Demikianlah dahulu pesan Allah ‘Azza wa Jalla yang disampaikan melalui lisan orang-orang shaleh dari para pengikut Nabi Musa ‘alaihissalam kepada Qarun, yang artinya:
Dan carilah (kebahagiaan) negeri akhirat dengan kekayaan yang telah Allah anugerahkan kepadamu, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”  (QS. Al-Qashash: 77)

Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan berkata:
Mereka menganjurkan kepada Qarun agar menggunakan karunia Allah berupa harta kekayaan yang melimpah ruah dalam ketaatan kepada Allah. Hendaknya kekayaan yang ia miliki digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan segala bentuk amal kebajikan. Dengannya ia mendapatkan pahala besar baik di dunia maupun di akhirat.
Walau demikian bukan berati ia harus melalaikan kehidupan dunianya dengan tidak makan, minum, pakaian, rumah, dan istri. Yang demikian itu karena Allah memiliki hak, sebagaimana dirinya juga memiliki hak yang harus ia tunaikan. Dan istrinya pun memiliki hak yang harus ia tunaikan demikian pula tamunya juga memiliki hak yang harus ia tunaikan. Karena itu tunaikanlah masing-masing hak kepada pemiliknya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3:484)

Bersambung ke Bersedekah Agar Kaya (3) ?

Bersedekah Agar Kaya (1) ?


Allah ‘Azza wa Jalla Maha Pemurah, sehingga nikmat dan karunia-Nya senantiasa menyertai hidup umat manusia. 

Begitu pemurahnya Allah ‘Azza wa Jalla sampai-sampai nikmat-Nya dapat dirasakan sampaipun oleh orang-orang kafir dan yang banyak bergelimang dalam dosa. Yang demikian itu karena nikmat dunia tiada artinya di sisi Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan:
Andai kehidupan dunia di sisi Allah senilai sayap nyamuk niscaya Allah tidak mungkin membiarkan orang kafir menikmati walau hanya seteguk air.”  (HR. At-Tirmizy).

Demikianlah kedudukan harta kekayaan dunia di sisi Allah, sehingga wajar bila orang kafir dapat saja menjadi kaya bahkan mungkin juga orang terkaya di dunia ini. Namun beda halnya dengan iman kelapangan dada dengan cahaya takwa. Iman dan takwa begitu bernilai disisi Allah sehingga hanya diberikan kepada hamba yang Allah cintai. 

Sebagaimana yang dituturkan oleh junjungan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Sejatinya Allah telah membagi akhlaq kalian sebagaimana Allah juga telah membagi rezeki kalian. Dan sejatinya Allah ‘Azza wa Jalla dapat saja memberi kakayaan dunia kepada orang  yang Dia cintai dan yang tidak Dia cintai. Namun untuk urusan agama, maka Allah tidak mungkin memberikannya kecuali kepada orang yang Allah cintai. Barangsiapa yang telah Allah berikan bagian dalam urusan agama, maka itu bukti bahwa Allah mencintainya.” (HR. Ahmad dan lainnya).

Berangkat dari hal ini, Islam mendorong umatnya untuk mengorbankan dunianya demi membangun imannya. Dan sebaliknya, Islam juga mengharamkan atas mereka perbuatan mengorbankan urusan agama demi mendapatkan kepentingan dunia.

Bersambung ke Bersedekah Agar Kaya (2) ?

Selasa, 05 Februari 2013

Teladan Siti Khadijah Menjadi Inspirasi Wanita Modern

Bagi umat Islam, kisah cinta yang indah adalah kisah cinta Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah. Bukan hal yang mudah menjadi pasangan seorang rasul, maka kehadiran Siti Khadijah di tengah perjuangan Nabi Muhammad SAW tentulah spesial.

Dibandingkan kepada isteri yang lain, rasa cinta Nabi Muhammad SAW terhadap Siti Khadijah sangat besar. Saat menikahi Siti Khadijah, Nabi Muhammad tidak melakukan poligami. Bahkan setelah meninggal, Nabi Muhammad masih sering membicarakan mendiang isterinya. Sebuah rasa cinta yang teramat besar.

Sebagai wanita, kita bisa belajar banyak dari sosok teladan seorang Siti Khadijah. Inilah beberapa di antaranya...

◦♥◦ Menjadi Seorang Janda Terhormat. ◦♥◦

Di masa kehidupan seorang Siti Khadijah, wanita adalah kaum yang dikucilkan dan tidak ada harganya, apalagi seorang janda. Siti Khadijah pernah diceraikan suaminya, tetapi beliau justru memiliki takdir sebagai pendamping seorang Rasulullah. Inilah bukti bahwa tidak selamanya seorang janda itu hina dan boleh dipandang sebelah mata (seperti cap yang diberikan masyarakat hingga saat ini). Jika sang wanita bisa menghormati diri dan perilakunya, maka status apapun yang disandang, dia pantas menjadi wanita mulia yang suatu saat akan memuliakan seorang pria dan keluarganya.

◦♥◦ Mandiri Sebagai Saudagar. ◦♥◦

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Siti Khadijah adalah seorang wirausaha atau saudagar sukses dan kaya raya. Tidak banyak wanita yang mandiri di masa itu, apalagi menjadi seorang saudagar sukses. Inilah bukti bahwa wanita bukan makhluk yang lemah atau bodoh. Wanita bisa menghargai dirinya sendiri dengan menjemput rezekinya dengan mandiri. Dengan menjadi saudagar atau wirausaha, maka terbukalah kesempatan dan rezeki yang lebih besar untuk orang lain.

◦♥◦ Tidak Menilai Pria Dari Kekayaannya. ◦♥◦

Sebagai wanita cantik dan kaya, banyak pria kaya yang ingin melamar Siti Khadijah. Beberapa pelamar itu adalah orang² yang berasal dari keluarga kaya dan bersedia membayar berapapun mas kawin yang diinginkan Siti Khadijah. Tetapi wanita mulia tersebut menolak lamaran yang datang secara halus. Harta bukanlah satu²nya penilaian dalam memilih pasangan hidup.

◦♥◦ Melamar Terlebih Dahulu. ◦♥◦

Jika Anda sering membaca kisah cinta Siti Khadijah dan Nabi Muhammad SAW, Anda pasti tahu bahwa Siti Khadijah yang terlebih dahulu menyatakan keinginannya untuk menikah dengan Rasulullah. Melalui sahabatnya, Siti Khadijah menyampaikan keinginan itu. Hal ini menjadi sebuah jalan bagi wanita untuk tidak malu atau takut mengutarakan keinginan hatinya menikah dengan seorang pria baik, soleh dan berakhlak mulia. Menikah adalah tujuan yang mulia, jadi tidak perlu malu untuk sebuah tujuan mulia yang suci. Kalaupun lamaran itu tidak diterima, janganlah malu, karena Allah SWT pasti punya jawaban terbaik untuk menjawab jodoh seorang wanita.

◦♥◦ Isteri Yang Taat Pada Suami. ◦♥◦

Dibandingkan dengan pria kaya raya yang melamar Siti Khadijah, kekayaan Rasulullah saat menikahi Siti Khadijah tidaklah besar. Tetapi Siti Khadijah memilih pria dengan akhlak mulia. Beliau tahu bahwa tugas seorang isteri adalah mendampingi suami. Siti Khadijah juga taat dan tidak membawa nama besar keluarganya atau kekayaan yang dimiliki untuk mengurangi rasa hormatnya pada Rasulullah. Pilihlah pria yang taat dan memiliki akhlak mulia, juga pria yang rajin dan pantang menyerah menjemput rezeki halal.

Manfaat Bahasa Arab


Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kalian memahaminya” ( QS.Yusuf : 2)

Kenapa Allah menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab? Sesuai ayat diatas, “supaya kalian memahaminya”. Oleh karena itu tentunya bahasa arab memiliki keistimewaan dan manfaat.

Salah satu manfaat belajar bahasa arab adalah mencerdaskan otak.

Kenapa dapat mencerdaskan otak ?


Salah satu alasannya adalah karena dalam mempelajari bahasa arab, kita membutuhkan konsentrasi terhadap apa yang kita baca dan lihat. Hal ini tidak akan dirasakan apabila kita tidak bisa berbahasa arab. Bahasa arab biasanya tidak berharokat, lalu kita harus menganalisis kosakata, kedudukan dan harokat untuk bisa membacanya dengan benar. Berbeda dengan bahasa kita sehari-hari (bahasa Indonesia) yang menurut kita sudah baku dan mudah dipahami, bahasa Arab memiliki banyak makna dalam satu kata.

Ketika kita belajar nahwu shorof dan kitab gundul (tidak berharokat), kita harus menganalisi kosakata, kedudukan dan harokat. Apabila kita salah menganalis, maka makna dari kata tersebut akan berbeda.

Ibadah-ibadah baik shalat, do’a, membaca Qur’an serta banyak sekali syi’ar-syi’ar Islam akan terpenuhi dan sempurna dengan mempelajari bahasa Arab. Tentunya dengan menguasai bahasa Arab akan sangat bermanfaat untuk memahami apa yang kita baca ketika berdo’a, shalat, dan membaca Al-Qur’an.

Selain itu, dengan menguasai bahasa Arab akan membantu kita melakukan ekspansi bisnis karena bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan secara luas di planet ini. Bahasa Arab merupakan bahasa utama dari 22 negara, digunakan oleh lebih dari 250 juta orang. Bahasa ini juga merupakan bahasa kedua pada negara-negara Islam karena dianggap sebagai bahasa spiritual Islam – salah satu agama-agama besar dunia (kita membicarakan tentang lebih dari 1 miliar orang!).


Jika Anda memiliki buku atau dokumen yang harus diterjemahkan, dan membutuhkan Jasa Penerjemah Bahasa Arab, kami siap membantu Anda dengan pelayanan terbaik dan harga bersahabat. Silakan Hubungi Kami untuk info lebih lengkap.

Senin, 04 Februari 2013

Keistimewaan Bahasa Arab


Bahasa Arab mempunyai ciri-ciri  kekhususan yang tidak terdapat pada bahasa-bahasa lainnya. Kemudian dari kekhususannya ini menjadikan bahasa Arab sebuah bahasa yang fleksibel, mempunyai elastisitas yang tinggi, maka dalam  menjalankan dan mempertahankan fungsinya sebagai bahasa komunikasi, sarana dalam penyampaian tujuan agama, pencatatan berbagai ilmu pengetahuan, telah mampu disampaikan dengan mudah dan benar.

Diantara keistimewaan bahasa arab adalah adanya i’rab, dapat dikatakan bahwa i’rab adalah ciri khas dari bahasa arab. I’rab adalah perubahan bunyi akhir suatu kata dalam kalimat yang disebabkan oleh perbedaan ‘amil yang menyertainya, baik ‘amil yang disebut itu jelas maupun diperkirakan. Perbedaaan ‘amil tersebut dapat mempengaruhi makna.

Selain i’rab keistimewaan bahasa arab adalah dengan hadirnya tashrif. Tashrif yaitu ilmu yang mempelajari ilmu bahasa dari segi perubahan sighat atau bentuk kata, seperti kata

ضرب – يضرب – ضربا dan ini mempengaruhi arti dan maknanya.

Huruf dalam bahasa arab disebut dengan huruf hijaiyah dan semuanya berjumlah 29 ada juga yang mengatakan jumlahnya 30. Tiap-tiap huruf tersebut mengandung nilai-nilai philosopy yang tinggi. Sebagaimana umat Islam ketahui bahwa seluruh kandungan al-Quran itu terhimpun dalam surat al-Fatihah dan kandungan surat al-Fatihah itu terhimpun dalam basmalah dan basmalah itu sendiri terhimpun dalam satu huruf ba.

Keistimewaan bahasa arab yang lain adalah pada tiap huruf dalam bahasa Arab itu mempunyai simbol, tanda, dan arti tersendiri. Contohnya adalah huruf ha’, di mana ia mengandung arti yang berkonotasi kepada sesuatu yang tajam dan panas, seperti Al-Hummaa (penyakit panas, demam), Al-Haraara (panas), Al-Hurr (yang bebas dan merdeka), Al-Hubb (kecintaan), Al-Hariiq (kebakaran), Al-Hiqd (kedengkian), Al-Hamiim (teman akrab), Al-Hamzhal (buah parai), Al-Hirriif (yang pedas), Al-Haraam (yang dilarang), Al-Hariir (kain sutera), Al-Hanaan (kasih sayang), Al-Haadd (yang tajam), Al-Haqq (kebenaran) dan lain-lain.

Itulah beberapa keistimewaan bahasa arab, dan masih banyak lagi keistimewaan dan rahasia-rahasia dibalik huruf, kata, kalimat, paragraf dalam bahasa Arab yang belum kita ketahui.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai umat-Nya yang mencintai bahasa nabi-Nya yaitu Muhammad saw. Aamiin.

Penulis : Rachmat Agustian S.Hum (Sarjana Humaniora, Sarjana Sastra Arab, Ketua TIM Penerjemah Bahasa Arab)

Jika Anda memiliki partner bisnis yang berbahasa Arab, buku atau dokumen yang harus diterjemahkan, dan membutuhkan Jasa Penerjemah Bahasa Arab, kami siap membantu Anda dengan pelayanan terbaik dan harga bersahabat. Silakan berkunjung Hubungi Kami untuk info lebih lengkap.